Provinsi Maluku Utara (Malut)
memiliki potensi wisata tak hanya wisata bahari namun juga wisata budaya
dan wisata sejarah. Sayang, pariwisata Maluku selama ini tidak
diekspos.
“Maluku tersebar indahnya alam dan budaya,
lengkap itu. Wisata budaya, alam, flora fauna, laut, sejarah. Tapi
selama ini tidak diekspos,” tutur Gubernur Maluku Utara, Thaib Armaiyn,
saat jumpa pers mengenai Festival Teluk Jailolo, di Gedung Sapta Pesona,
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Jakarta,
Kamis (31/1/2013).
Provinsi Malut pernah mengadakan Sail Morotai tahun lalu maupun mengadakan festival seperti Festival Teluk Jailolo untuk mempersiapkan Malut sebagai destinasi wisata nasional. Oleh karena itu, Thaib berharap Malut bisa dipromosikan sebagai destinasi wisata nasional.
“Maluku Utara itu kepulauan, ada lebih ratusan pulau. Tapi yang berpenghuni hanya 80-an. Sisanya rumah bagi satwa-satwa. Inilah sepotong surga di timur Indonesia. Morotai disebut-sebut sebagai ‘Mutiara di Bibir Pasifik’. Maluku Utara memang di bibir pasifik,” jelas Thaib.
Morotai merupakan salah satu kabupaten Maluku Utara. Menurut Thaib, Morotai memiliki kedudukan strategis bagi negara-negara di dunia. Oleh karena itu, Morotai sejak lama terlibat dalam perang dunia, terutama saat Perang Dunia Kedua.
“Maluku Utara sudah terlibat sejak masa kolonial Belanda, Perang Dunia, sampai Kemerdekaan. Maluku Utara sudah jadi bagian dunia,” katanya.
Selain itu, Maluku Utara juga tampil di uang rupiah. Menurut Thaib, Pulau Maitara yang ada di uang seribu rupiah merupakan pulau tempat bangsa Portugis pertama kali mendarat.
“Ada pohon cengkeh tertua di dunia. Pulau ini juga batas dua kesultanan yaitu Ternate dan Tidore,” tuturnya.
Wisata menyelam juga menjadi daya tarik Maluku Utara. Salah satunya Jailolo di Halmahera Barat. Sementara di Morotai, penyelam bisa melihat sisa-sisa peninggalan Perang Dunia II.
Sumber:
Maluku Utara itu kepulauan, ada lebih ratusan pulau.
Tapi yang berpenghuni hanya 80-an. Sisanya rumah bagi satwa-satwa.
Inilah sepotong surga di timur Indonesia.
-- Thaib Armaiyn
Kamis (31/1/2013).
Provinsi Malut pernah mengadakan Sail Morotai tahun lalu maupun mengadakan festival seperti Festival Teluk Jailolo untuk mempersiapkan Malut sebagai destinasi wisata nasional. Oleh karena itu, Thaib berharap Malut bisa dipromosikan sebagai destinasi wisata nasional.
“Maluku Utara itu kepulauan, ada lebih ratusan pulau. Tapi yang berpenghuni hanya 80-an. Sisanya rumah bagi satwa-satwa. Inilah sepotong surga di timur Indonesia. Morotai disebut-sebut sebagai ‘Mutiara di Bibir Pasifik’. Maluku Utara memang di bibir pasifik,” jelas Thaib.
Morotai merupakan salah satu kabupaten Maluku Utara. Menurut Thaib, Morotai memiliki kedudukan strategis bagi negara-negara di dunia. Oleh karena itu, Morotai sejak lama terlibat dalam perang dunia, terutama saat Perang Dunia Kedua.
“Maluku Utara sudah terlibat sejak masa kolonial Belanda, Perang Dunia, sampai Kemerdekaan. Maluku Utara sudah jadi bagian dunia,” katanya.
Selain itu, Maluku Utara juga tampil di uang rupiah. Menurut Thaib, Pulau Maitara yang ada di uang seribu rupiah merupakan pulau tempat bangsa Portugis pertama kali mendarat.
“Ada pohon cengkeh tertua di dunia. Pulau ini juga batas dua kesultanan yaitu Ternate dan Tidore,” tuturnya.
Wisata menyelam juga menjadi daya tarik Maluku Utara. Salah satunya Jailolo di Halmahera Barat. Sementara di Morotai, penyelam bisa melihat sisa-sisa peninggalan Perang Dunia II.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar